Tetesan Air Gunung Rokatenda Jadi Berkah Warga Pulau Palue
28 January 2023 14:40
SHARE NOW
Tidak hanya listrik yang kurang memadai, sarana air bersih juga masih menjadi kendala di Pulau Palue. Oleh karena itu sejumlah warga Desa Keso-Koja dan Roki-Role harus berfikir kreatif dengan cara mengkonsumsi air dari penyulingan uap panas bumi. Karena bagi warga inilah sumber air terbaik di Pulau Palue selain air hujan.
Topografi pegunungan dengan Gunung Api Rokatenda sebagai puncak tertinggi di pulau ini membuat pulau ini memiliki keunikan tersendiri dalam bentang alamnya. Rupanya bentang alam yang demikian berpengaruh pada kehidupan warganya terutama sumber air bersihnya.
Sudah menjadi pemandangan biasa pada setiap pagi dan sore hari, beberapa ibu-ibu di Kampung Cawalo Desa Rokirole mulai berjalan menuruni lembah menuju bambu-bambu panjang yang membujur membentang dengan ujung bambu masuk jerigen.
Mereka memeriksa jerigen-jerigen yang sudah terisi penuh dari air sadahan penyulingan uap panas bumi. Ratusan bambu terbentang di sepanjang tebing demi menunggu tetes-tetas air bersih untuk dipakai sebagai air minum utama.
Menurut warga di sini, keadaan ini sudah berlangsung puluhan tahun sejak nenek moyang mereka mendiami kampung ini. Untuk mendapatkan air, mereka hanya menggali tanah berbatu ini yang cukup keras samapai muncul uap panas yang cukup. Lalu mereka akan menancap bambu utama dengan terlebih dahulu menunggu seminggu agar uap panas ini bisa digunakan untuk dijadikan air bersih.
Bagi warga walaupun musim hujan mereka tetap mengambil air di sumur air panas bumi ini karena dinilai lebih bersih dan tidak berasa di bandingkan air hujan. Keadaan serupa juga dialami warga Kampung Poa Nua Kaju di Desa Kesokoja.
Dengan puncak Gunung Rokatenda yang masih kelihatan pada setiap pagi dan sore hari bahkan siang hari mereka menuju perbukitan batu untuk mengambil air uap panas bumi. Di perbukitan ini juga terbentang bambu-bambu panjang 4-6 meter untuk menyuling uap panas bumi.
Membutuhkan waktu kurang lebih semalam untuk dapat menampung air di jerigen 20-35 liter. Pada pagi hari mereka akan mengambil air dan menggantinya dengan jerigen baru yang nanti akan diambil nanti pada sore hari. Karena uap panasnya yang lebih banyak membuat warga dapat menggunakan air di sini untuk mandi.
Bagi warga di sini, mereka selalu menggunakan air uap panas bumi ini sebagai air minum utama walaupun pada musim hujan karena tidak berasa dan jernih. Bak-bak air hujan menjadi kebutuhan penting di Pulau Palue demi mengatasi kekurangan air.
Air hujan menjadi sumber air utama bagi warga di dekat pesisir pantai seperti di Desa Lidi dan Maluriwu. Mereka harus menyiapkan bak sebesar mungkin agar air hujan bisa bertahan sampai habis musim kemarau.
Biasanya mereka akan sangat kesulitan air ketika memasuki bulan Agustus hingga Oktober karena merupakan puncak panas dan persedian air mulai menipis. Mengantisipasi itu, mereka harus menggali sumur di dekat muara sungai mati berpasir.
Seperti di Desa Maluriwu untuk mengantasipasi kekurangan sumber air bersih mereka harus membuat sumur gorong-gorong di bekas galian pasir. Sumur gorong-gorong ini setinggi kurang lebih enam meter harus dikerjakan sendiri secara bergotong-royong.
Menurut pemerintah setempat, di Palue sendiri tidak ada sumber mata air tawar. Fasilitas air bersih seperti bak air belum maksimal karena kurangnya stok air ketika memasuki musim kemarau.
Penyulingan dari uap panas bumi saat ini yang digunakan warga menjadi kearifan lokal yang sudah terpelihara sejak lama, namun butuh sentuhan teknologi untuk meproses air tersebut. Sehingga mereka juga menghapkan agar ada teknologi bisa mengubah air laut menjadi air tawar demi kebutuhan 10 ribu warga di Palue.
Warga Palue hanya berharap keindahan Pulau Palue seiring sejalan dengan keindahan warga yang terus tersenyum menikmati pelayanan air bersih, kesehatan, pendidikan dan listrik yang memadai sebagai hak warga negara Indonesia.